Al Qur’an Di Mata Salafy [1]

Setiap salafy harus, sekali lagi harus percaya bahwa Al Qur’an yang ada saat ini tidak otentik dan mengalami perubahan. Tidak percaya? Jangan terburu marah, baca dulu selengkapnya.

Jika kita menelaah literatur-literatur salafy, maka akan anda temui banyak riwayat juga pernyataan baik sahabat maupun tabiin yang merupakan rujukan para salafy yang menegaskan bahwa Al Qur’an yang dijadikan pedoman umat islam saat ini sudah bukan asli lagi, alias sudah dirubah. Jadi kitab suci yang ada pada umat islam sejak dulu sampai hari ini menurut salafy sudah bukan otentik lagi, alias ada ayat-ayat yang bukan lagi wahyu Allah, tetapi ada juga hasil tulisan tangan manusia. Selain diubah, nukilan-nukilan itu juga menyatakan bahwa ada ayat-ayat dalam Al Qur’an yang dihapus. Intinya, Al Qur’an yang ada sekarang ini tidak seperti yang diturunkan oleh Allah pada Nabi Muhammad SAAW.
Sampai di sini para pembaca mungkin merasa heran dan bertanya-tanya, apakah benar salafy menganggap demikian? Mungkin anda belum pernah atau malah sudah pernah mendengar hal ini sebelumnya dan mengklarifikasi kepada teman atau tetangga anda yang salafy, dan dijawab oleh mereka bahwa hal itu semata-mata adalah fitnah dan tuduhan yang dihembuskan oleh musuh-musuh salafy, dari mereka yang ingin memecah belah umat Islam. Lebih jauh lagi, mereka akan menuduh orang yang menebarkan hal itu sebagai antek zionis yahudi. Astaghfirullah

Mengklarifikasikan sebuah tuduhan adalah sikap yang benar, dan seharusnya dilakukan oleh setiap muslim yang objektif, tetapi hendaknya kita tidak salah alamat dalam mengklarifikasi sebuah berita. Seperti kasus kita kali ini, mestinya kita mengklarifikasi tuduhan ini dengan melihat langsung ke literatur salafy untuk mengecek kebenaran berita ini, mengecek apakah benar ada kitab-kitab salafy yang menyatakan demikian atau tidak ada.
Mengapa klarifikasi ke tetangga, teman atau dosen anda yang salafy adalah salah alamat? Ada beberapa sebab bisa jadi teman, tetangga dan dosen anda belum pernah mendapat akses ke literatur itu, bisa jadi dia memang sudah mengakses tetapi dia mengingkari hal itu. Bisa jadi dia adalah “anggota biasa” yang tidak tahu apa-apa, banyak kemungkinan. Tetapi semua itu tidak akan mengubah apa yang tercantum dalam kitab-kitab salafy. Di antaranya

عن عمر بن الخطاب قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم القرآن ألف ألف حرف وسبعة وعشرون ألف حرف فمن قرأه صابرا محتسبا كان له بكل حرف زوجة من الحور العين
Dari Umar bin Khaththab yang berkata bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam bersabda “Al Qur’an terdiri dari sejuta dua puluh tujuh ribu huruf , barang siapa membacanya dengan mengharapkan pahala maka baginya akan diberikan balasan setiap hurufnya seorang istri dari bidadari”. Mu’jam Al Awsath Thabrani jilid 6 hal 361 no 6616

Ulama salafy kenamaan Thabrani tidak mengkritik atau mencela hadis tersebut beliau hanya mengomentari dengan kata-kata
لايروى هذا الحديث عن عمر رضي الله عنه إلا بهذا الإسناد تفرد به حفص بن ميسرة
tidak diriwayatkan hadis dari umar radiyallahuanhu tersebut kecuali dengan sanad yang tafarrud (sendiri) oleh Hafsh bin Maisarah

Thabrani seolah mau mengatakan satu-satunya keraguan pada hadis tersebut adalah Hafsh bin Maisarah tafarrud dalam meriwayatkannya. Padahal menurut keterangan Dzahabi dalam Al Kasyf no 1167, Hafsh bin Maisarah dinyatakan tsiqat oleh Ahmad bin Hanbal dan Abu Hatim mengatakan kalau hadisnya baik. Jadi hadis di atas sanadnya shahih karena tafarrud orang yang tsiqah tetap diterima.

Padahal huruf-huruf yang ada dalam Al Qur’an sekarang jumlahnya tidak melebihi dari sepertiga jumlah yang disebutkan hadis di atas. Kemana sisanya huruf-huruf itu?. Berdasarkan hadis di atas Al Qur’an sekarang sudah mengalami perubahan. Naudzubillah

Jika kita telaah lagi pernyataan-pernyataan dalam literatur salafy maka kita akan sampai pada sebuah kesimpulan berbahaya, yang mungkin tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Kesimpulan ini berbunyi

Setiap salafy harus mengingkari keaslian Al Qur’an, jika masih beriman bahwa Al Qur’an sekarang ini adalah asli otentik seperti yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAAW, maka dia bukan salafy.

Ada kalimat lain untuk kesimpulan di atas, yaitu setiap salafy harus meyakini bahwa al qur’an telah dirubah, ditambah dan dikurangi. Seseorang tidak bisa menjadi salafy jika tidak meyakini hal itu. Sehingga dapat kita katakan bahwa seorang salafy terpaksa meyakini hal itu jika masih ingin menjadi salafy. Di sini meyakini adanya penambahan, pengurangan dan perubahan terhadap ayat Al Qur’an menjadi sebuah konsekwensi yang melekat, dan tidak pernah akan lepas, bagi seorang penganut salafy.

Sangat mengerikan bahwa dalam literatur shahih salafy banyak terdapat keterangan kalau para sahabat dan tabiin telah meyakini Al Qur’an yang berbeda dengan Al Qur’an yang ada sekarang. Bisa dikatakan juga, mereka yang meyakini bahwa Al Qur’an masih asli tidak pernah akan menjadi salafy karena mahzab salafy mengharuskan pemeluknya untuk mengikuti agama sesuai pemahaman sahabat dan tabiin sebagai penghulu para salafy.

Satria mohon maaf pada pembaca karena barangkali telah membuat pembaca agak sedikit bingung –plus terkejut-. Tetapi ini adalah kenyataan yang harus kita ketahui. Barangkali anda akan bertanya mengenai hal-hal yang mendasari kesimpulan satria di atas, ini adalah pertanyaan wajar, dan satria akan mengetengahkan bukti-bukti dari pernyataan di atas.

Satria katakan di atas bahwa yang akan mencapai kesimpulan seperti itu bukanlah satria pribadi, tetapi kita semua, seluruh pembaca makalah ini. Satria mengajak diri satria sendiri dan pembaca yang budiman untuk merasa tidak puas dengan omongan orang tentang sesuatu, sebelum merujuk pada sumber otentik dari sesuatu itu.

Anda jangan puas hanya dengan mendengar omongan dan –mungkin- bualan dari teman anda yang salafy, tapi hendaknya kita melangkah jauh untuk memberanikan diri menelaah sumber-sumber otentik mazhab salafy. Pembaca akan mendapatkan apa yang tersembunyi dari mazhab salafy, dan satria berusaha untuk menampilkan sumber otentik lengkap dengan nomor jilid dan halaman.

Telah kita bahas di atas bahwa keyakinan terhadap perubahan Al Qur’an adalah konsekwensi dari mazhab salafy. Ulama salafy klasik benar-benar menyadari berbagai literatur shahih tentang hal ini, maka keyakinan tentang perubahan Al Qur’an menjadi sebuah aksioma dalam mazhab salafy –yang tidak bisa diganggu gugat-. Apa yang mendorong para ulama salafy klasik memasukkan keyakinan ini sebagai aksioma? Karena mereka sadar bahwa menolak literatur shahih itu sama saja dengan menolak mazhab salafy.

Satu Tanggapan

  1. Salam akhi, Selamat atas usaha Jihad ilmiah yang Anda lakukan. Semoga Allah memberkahi kita semua.

Tinggalkan komentar