Sungguh tidak terbayangkan kalau kata-kata buruk seperti ini bisa keluar dari mulut seorang muslim. Si pendusta hakekat.com dengan tidak tahu malu mengatakan kalau Imam ahlul bait bukan manusia. Apakah ia tidak tahu siapa yang sedang ia bicarakan?. Apakah semua keutamaan yang dimiliki Imam ahlul bait tidak bisa membuatnya berhati-hati dalam berbicara?. Saya yakin ia tahu semua itu tetapi rasa kebencian kepada Imam yang membludak di dalam hatinya telah membuat ia berani berkata keji kalau Imam ahlul bait bukan manusia. Cukuplah dengan ini kita menilai orang seperti apa hakekat.com, tidak lain dan tidak bukan ia seorang Nasibi yang keji.
Memang kalau kita membaca tulisan hakekat.com maka kita dapat melihat pengakuan dirinya kalau ia adalah manusia yang selalu berbuat zhalim dengan bermaksiat pada Allah, dan selalu bersifat kafir terhadap nikmatNya. Eit saya tidak menuduh, silakan pembaca melihat betapa ia berkata
Manusia selalu berbuat zhalim dengan bermaksiat pada Allah, dan selalu bersifat kafir terhadap nikmatNya, tidak mau mengakui dan mensyukuri apa yang diberikan Allah padanya secara gratis, tanpa usaha dan upaya dari manusia. Misalnya nikmat udara, kapan kita berusaha mencari udara untuk bernafas?
Itulah yang ia katakan dan kalau hakekat.com merasa dirinya manusia, maka berdasarkan perkataannya sendiri maka ia adalah orang yang selalu berbuat zalim, bermaksiat kepada Allah dan kufur akan nikmat Allah, Naudzubillah.
Sudah selayaknya kalau seorang muslim meyakini bahwa ada orang-orang yang dijaga oleh Allah SWT terkait dengan tugas yang diembankan Allah SWT kepadanya. Seorang Nabi yang diutus oleh Allah SWT untuk menyampaikan risalahnya, haruslah seorang yang terjaga oleh Allah SWT atau dengan kata lain “maksum”. Karena jika ia tidak terjaga maka bisa saja ia lupa atau salah dalam menyampaikan risalah Tuhan. Hal yang sudah tentu sangat tidak dikehendaki oleh Allah SWT. Oleh karena itu demi menjaga kemurnian risalah dan syariat Allah yang dibawa oleh para Nabi maka Allah mensifatkan keterjagaan kepada para Nabi alias maksum.
Orang yang berakal tidak sulit memahami hal yang mudah seperti ini tetapi nasibi hakekat.com yang keji ini tidak mampu memahami hikmah dibalik kemaksuman para Nabi dan Imam. Padahal Ulama yang mulia Muhammad Ridha Al Mudzaffar telah menjelaskan dengan baik seperti yang telah dikutip hakekat.com –seperti biasa nasibi ini tidak memahami apa yang ia baca-
Quraish menyebutkan pada halaman 100 tentang sifat imam, yang dinukilnya dari kitab Aqaid Al Imamiyah karya Muhammad Ridha Al Mudzaffar:
Kami percaya bahwa imam, seperti Nabi, haruslah terpelihara dari semua keburukan dan kekejian, yang lahir dan yang batin, sejak usia kanak-kanak sampai dengan kematian, dengan sengaja atau lupa. Dia juga harus terepelihara dari lupa, dan kesalahan karena para imam adalah pemelihara syariat dan pelaksana ajaran agama, keadaan mereka dalam hal tersebut seperti kedaan Nabi. Dalil yagn mengantar kami percaya tentang keterpeliharaan Nabi (dari dosa) dan kesalahan itu jugalah yagn mengantar kami percaya tentang keterpeliharaan pada imam, tanpa perbedaan. (Aqaid Al Imamiyah hal 51)
Alih-alih memahami, hakekat.com dengan keji malah menuduh yang bukan-bukan kepada para Nabi dan Imam, lihatlah baik-baik ia bahkan memasukkan para Nabi dan Imam sebagai manusia pada umumnya yang zalim dan kufur akan nikmat Allah, manakah perkataan yang lebih keji dari ini.
Hakekat.com ini dengan tidak tahu malu telah berkata
Jika kita bandingkan keterangan ini dengan ayat-ayat di atas, sekilas akan terlintas di benak kita sebuah kesimpulan, yaitu bahwa imam bukanlah manusia, karena manusia secara umum bersifat zhalim dan mengkufuri nikmat Allah.
Dari kata-katanya kita dapat melihat bahwa untuk dikatakan sebagai manusia maka seorang imam juga harus bersifat zalim dan kufur akan nikmat Allah, lihat baik-baik saya tidak sedang menuduh yang bukan-bukan karena kata-kata hakekat.com itu sangat jelas dalam tulisannya
Hakekat.com ini dengan angkuh terus berkoar
Ternyata tidak kita temukan di sana dalil dari Al Qur’an dan Sunnah Nabi, tetapi dalil yang dikemukakan adalah dalil akal, yang juga dituliskan dalam nukilan Ust Quraish, yaitu: karena para imam adalah pemelihara syariat dan pelaksana ajaran agama, tetapi kita heran, karena setelah menelaah lagi kitab suci Al Qur’an kita temukan ayat-ayat yang meyatakan bahwa Nabi pernah melakukan hal yang tidak semestinya dilakukan; di antaranya adalah ayat berikut:
Memang sudah sewajarnya kita memaklumi kedunguan hakekat.com, sangat pantas kalau untuk orang sekeji itu yang berani menghina para Imam ahlul bait adalah orang-orang yang tidak berilmu dan tidak berakal. Jika ia tidak mengakui kalau para Nabi adalah maksum maka bagaimana ia bisa yakin kalau ajaran para Nabi itu murni alias terjaga. Kalau ia meyakini para Nabi bisa salah dan lupa maka bagaimana ia bisa menjamin Nabi tidak salah dan tidak lupa ketika menyampaikan ajaran Islam. Sekali lagi tidak sulit untuk orang berakal memahaminya. Mengenai dalil dari Al Quran dan Sunnah, apakah ia tidak pernah membaca
Al Hasyr ayat 7
Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya
Bukankah Allah SWT sendiri telah mengatakan bahwa kita harus selalu menerima keputusan Rasul, lha kalau memang Nabi bisa salah maka keputusannya juga bisa salah dong tapi kok Allah SWT menuntut ketaatan mutlak kepada Nabinya. kemudian bukankah seorang muslim harus berpegang teguh kepada Sunnah Rasul, lho kalau Rasul bisa lupa dan salah maka bisa saja Rasul lupa dengan sunnahnya dan salah menyampaikan sunnahnya. Anehnya kita tidak pernah memikirkan hal ini ketika membaca Sunnah Nabi. Sebagai seorang muslim, kita memang harus dituntut percaya dengan Sunnah Rasul dan tidak boleh meragukannya. Saya ingatkan wahai pembaca, berhati-hatilah dengan nasibi hakekat.com ini karena akidahnya sudah meragukan Al Quran dan Sunnah Nabi.
Mari kita lihat ayat-ayat yang dipakai nasibi hakekat.com
Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah menghalalkannya bagimu; kamu mencari kesenangan hati isteri-isterimu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. 66:1)
Memang hakekat.com ini begitu bodohnya dalam memahami ayat Al Quran, apakah ia tidak pernah membaca asbabun nuzul ayat ini. Tidak tahukah ia kalau Ayat ini sebenarnya sedang menyindir istri-istri Nabi yang membuat Nabi mengharamkan sesuatu atas dirinya, silakan pembaca membuka surat At Tahrim dan lihat ayat pertama sampai kelima. Bukankah ayat-ayat ini berkenaan dengan dua orang istri nabi yang bersekongkol karena cemburu agar Nabi tidak melakukan sesuatu demi menyenangkan mereka. Inti kesimpulan ayat-ayat ini jika kita melihat asbabun nuzulnya adalah Allah SWT sedang menegur istri-istri Nabi yang bersekongkol sehingga membuat Nabi mengharamkan sesuatu atas dirinya. Cih payah sekali kalau harus menjelaskan berpanjang-panjang untuk hal seperti ini, cukup kita membaca saja ayat-ayat berikutnya
Semoga Allah mema’afkanmu. Mangapa kamu memberi ijin kepada mereka (untuk tidak pergi berperang), sebelum jelas bagimu orang-orang yang benar (dalam keuzurannya) dan sebelum kamu ketahui orang-orang yang berdusta. (QS. 9:43)
Apakah ayat ini sedang mengatakan kesalahan Nabi, siapapun yang memahami asbabun nuzul ayat ini akan mengetahui kalau Nabi SAW telah bersikap apa adanya. Bukankah ayat ini menceritakan para sahabat Nabi yang tidak pergi berperang kemudian Nabi memaafkan mereka. Tentu Nabi SAW tidak mengetahui dengan pasti alasan para sahabat Nabi tersebut dan untuk itulah Allah SWT telah menurunkan ayat tersebut untuk memberikan kejelasan bahwa diantara para sahabat Nabi yang tidak ikut berperang itu, ada yang memang uzur dan ada pula yang berdusta kepada Nabi.
Tidak patut, bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawiah sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. 8:67)
Apa benar ayat ini dimaksudkan untuk mencela Nabi atau menunjukkan kesalahan Nabi. Sekali lagi hakekat.com memang miskin sekali dengan tafsir Al Quran. Tidakkah ia melihat kata-kata yang sepatutnya membuat ia berhati-hati untuk memahami kalau ayat ini ditujukan pada Nabi. Coba lihat kata-kata dalam ayat tersebut yaitu Kamu menghendaki harta benda duniawiah. Wahai para pembaca yang muslim apakah pernah terpikir dalam benak kalian kalau Nabi kita yang mulia adalah orang yang menghendaki harta benda dunawiah? Sungguh sangat tidak pantas kalau kita berpikir yang bukan-bukan begitu terhadap seorang Nabi yang telah dimuliakan Allah SWT. Tetapi si hakekat.com ini dengan mudahnya menisbatkan banyak hal yang tidak pantas kepada Nabi. Camkan wahai orang yang dungu, ayat di atas sedang mencela perilaku para sahabat yang memanfaatkan para tawanan dengan meminta uang tebusan demi menghendaki harta benda duniawiah. Hal inilah yang menyebabkan Allah SWT memberi peringatan kepada Nabi atas perilaku para sahabat yang tidak pantas.
Dengan gayanya yang sok memahami, si pendusta hakekat.com kemudian berkata
Ini jelas bertentangan dengan pernyataan Muzaffar di atas. Bahkan dari pernyataan Muzaffar di atas dapat kita simpulkan bahwa Nabi yang berbuat kesalahan tidak layak mengemban syareat, apakah Nabi tidak layak mengemban syareat? Lalu apakah Allah salah memilih Nabi?
Sepertinya andalah yang salah mensifatkan sesuatu kepada Nabi wahai hakekat.com karena bagi anda seorang Nabi adalah orang yang bisa salah dalam mengemban syariat, naudzubillah
Hakekat.com semakin menjadi-jadi dengan mengatakan bahwa para Nabi juga bisa lupa
Malah bisa kita simpulkan lagi dari pernyataan Muzaffar di atas bahwa syiah meyakini para imam memiliki kelebihan dibanding para Nabi, karena para imam tidak pernah melakukan kesalahan maupun melupakan sesuatu, berbeda dengan para Nabi yang bisa saja lupa, seperti Nabi Musa yang lupa akan ikannya:
Maka tatkala mereka sampai ke pertemuan dua buah laut itu, mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu. (QS. 18:61)
Apa pengertian lalai dalam ayat di atas?. Adakah itu kesalahan Nabi Musa. Bukankah disana perkataan lalai tertuju pada mereka. Artinya Nabi Musa pergi bersama seseorang, dan apakah mustahil jika kita beranggapan kalau orang itulah yang ditugasi untuk mengawasi ikan tersebut. Dalam hal ini orang itulah yang lalai akan ikannya, tetapi digunakan kata-kata mereka karena memang mereka berdua yang melakukan perjalanan sambil membawa ikan. Sungguh tidak sulit kita memahami dengan tafsiran yang mensucikan para Nabi. Tetapi sepertinya hal itu mustahil dilakukan oleh orang-orang nasibi seperti hakekat.com
Anehnya hakekat.com yang begitu mustahil untuk memahami ayat-ayat Al Quran mendadak merasa mampu memahami kitab mahzab orang lain. Duhai betapa kebodohan itu sudah terlalu sangat
Mari kita lihat kata-kata orang sok ini
Sementara itu dalam riwayat dari para imam, disebutkan lebih jelas lagi bahwa imam memiliki sifat-sifat yang tidak dimiliki oleh manusia. Dalam kitab Al Kafi jilid 1 hal 258 disebutkan: Bab Para Imam mengetahui Kapan mereka mati, mereka tidak mati kecuali ketika mereka menginginkannya.
Sementara Allah menjelaskan dalam Al Qur’an:
Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. (Ali Imran 145)
Cih betapa dungunya, apakah ia benar-benar membaca riwayat dalam bab tersebut. Kalau memang benar sudah membaca maka ia pasti akan bisa memahami kalau kematian para Imam telah ditetapkan oleh Allah SWT dan telah diberitahukan kepada para Imam atas izin Allah SWT dan tidaklah seorang Imam menginginkan kematian kecuali sesuai dengan apa yang Allah SWT tetapkan.
Bab Para Imam mengetahui seluruh ilmu yang diketahui seluruh Malaikat dan Nabi.
Bab Para imam mengetahui segala yang telah terjadi dan apa yang belum terjadi, mengetahui segala sesuatu.
Padahal Allah menceritakan dalam Al Qur’an tentang NabiNya:
Katakanlah: “Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku ini malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang telah diwahyukan kepadaku.” Katakanlah: “Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat.” Maka apakah kamu tidak memikirkan(nya). (QS. 6:50)
Nabi dan Imam mengetahui sesuatu atas izin Allah, kami telah membawakan riwayat tentang ilmu Nabi dan imam ini dalam tulisan kami sebelumnya. Jadi sangat tidak nyambung kalau hakekat.com mengajukan pertanyaan
Lalu mana yang lebih super, Nabi yang tidak tahu hal ghaib atau imam yang mengetahui segala sesuatu?
Ketahuilah wahai orang bodoh, tidak ada yang lebih super karena semua itu terjadi atas kehendak Allah SWT. Baik para Nabi dan Imam mendapat ilmu dari Allah SWT.
Cih tidak puas dengan semua klaim dungunya, hakekat.com menunjukkan kata-kata keji
Para Nabi adalah manusia terbaik, namun imam lebih baik daripada para Nabi ?, karena Nabi masih bisa melakukan kesalahan namun para imam tidak? Atau jangan-jangan para imam bukanlah manusia??!
Bagi Syiah, Nabi dan Imam adalah maksum atau terjaga dari kesalahan karena ini terkait dengan tugas mereka sebagai pengemban syariat Allah SWT. Keterjagaan dari Allah SWT adalah hal yang bersifat niscaya demi menjaga kemurnian syariat Allah SWT. Memang benar Allah SWT lah yang menjaga kemurnian risalahNya dan bentuk penjagaan Allah SWT tersebut adalah dengan mensifatkan kemaksuman kepada para Utusan dan pengemban RisalahNya.
Akhir kata kita katakan bahwa para Imam sebagai washi Rasul adalah manusia yang mulia, manusia yang ditetapkan Allah SWT melalui lisan Rasulnya bahwa mereka para Imam Ahlul Bait adalah pegangan umat islam agar tidak tersesat. Jadi Imam memang manusia, dan hakekat.com yang keji ini memang seorang manusia -yang seperti ia katakan sendiri- adalah selalu berbuat zalim, bermaksiat kepada Allah SWT dan kafir akan nikmat Allah, bukankah begitu harusnya manusia –menurut perkataan hakekat.com-. Lihat saja, hakekat.com memang zalim dan bermaksiat kepada Allah ketika mengatakan dengan keji kalau Imam ahlul bait bukan manusia. Atau akankah hakekat.com menolak untuk dikatakan selalu berbuat zalim, bermaksiat kepada Allah dan kafir akan nikmat Allah, kalau memang begitu maka jangan-jangan pemilik situs hakekat.com bukan manusia.
Filed under: Imam Ahlul Bait | Leave a comment »