Siapa Bersama Nabi Saat Hijrah?

Sebagian salafy nashibi hari ini meyakini kalau dusta dihalalkan jika dilakukan demi menyerang mahzab Ahlul Bait. Tidak lain dan tidak bukan sifat buruk ini didasari kebencian yang mendalam dengan Ahlul Bait dan pengikutnya. Inilah sifat asli hakekat.com nashibi sejati, dengan dalih mencintai Abu bakar ia berdusta atas nama Syiah. Apakah benar hakekat cintanya pada Abu bakar atau tersembunyi kebencian yang terselubung? Simak baik-baik makalah ini.

Cinta memang membuat mata jadi buta, membuat telinga jadi tuli, membuat hati jadi bebal, membuat pikiran berhenti bekerja. Akhirnya cinta menguasai diri dan membuat tak sadar diri, berjalan tanpa arah. Begitulah hakekat.com yang katanya mencintai Abu bakar, tapi cinta itu berubah menjadi pembelaan membabi-buta tersesat tanpa arah. Keinginannya untuk memuja-muja Abu bakar tidak terpuaskan oleh literature kitab pegangannya sehingga perlu baginya untuk mencari-cari di kitab Syiah. Cih betapa dungunya, ketika ia tidak menemukan secuilpun keutamaan Abu bakar dalam literature Syiah maka ia membuat kepalsuan untuk memenuhi nafsunya.

Begitu juga benci, bisa membuat mata jadi buta, membuat telinga jadi tuli, membuat hati jadi bebal, membuat orang tidak lagi mau berpikir dengan akalnya yang sehat. Kadang orang yang ditutupi oleh rasa benci kita katakan sebagai tidak punya akal. Sebenarnya dia punya akal, hanya saja akalnya sedang tidak digunakan. Begitulah hakekat.com kebenciannya yang selangit kepada Ahlul bait membuatnya tidak rela kalau nama Ahlul bait membumbung tinggi. Nafsu telah menguasai jalan pikirannya untuk mengangkat tinggi orang pujaannya demi menutupi ketinggian Ahlul bait.

Huh betapa dungunya orang yang merasa sok tahu akan rumah orang tetapi tidak tahu hakikat rumah sendiri. Hakekat.com seharusnya belajar banyak membaca kitab literaturnya sendiri sebelum membaca literature orang lain, bodohnya ternyata hakekat.com tidak tahu kalau kalau kitab literaturnya sendiri telah merendahkan Abu bakar tokoh pujaan hatinya.

Hakekat.com nashibi salafi sangat membenci Imam Ali [alaihissalam], karena ia tidak rela dengan keutamaan Imam Ali yang lebih tinggi jauh di atas pujaan hatinya abu bakar. Kebencian ini merupakan implikasi dari mahzab nasibi yang dianutnya. Abubakar sebagai khalifah setelah Nabi wafat, maka menurutnya wajar jika abu bakar harus paling utama, karena dia lah yang menduduki kursi menggantikan Nabi sebagai orang paling mulia. Tetapi betapa terkejutnya ia ketika mengetahui justru Imam Ali merupakan Ahlul bait dengan keutamaan yang tinggi melebihi Abu bakar dan betapa shock dirinya ketika mengetahui abu bakar hanyalah seorang perampas kekhalifahan. Nafsu telah menguasai akalnya, ia menjadi kalap dan benci dengan mereka yang tidak mengakui tokoh pujaannya hingga akhirnya kebencian itu membuat matanya buta, membuat telinganya tidak lagi mampu mendengar nasehat, membuat otaknya tidak lagi digunakan untuk berpikir, atau barangkali seperti dalam istilah komputer, hang.

Pikiran error membuat mata jadi error juga atau sebenarnya hatinya ikut-ikutan error. Ketika hakekat.com menafsirkan surat At Taubah

Jikalau tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seseorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, diwaktu dia berkata kepada temannya:”Janganlah berduka cita, sesungguhya Allah bersama kita”. Maka Allah menurunkan ketenangan kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. 9:40).

Hakekat.com yang sedang error membual

Tak disangka dan tak dirkira, ternyata peristiwa hijrah Nabi beserta Abubakar tercantum dalam kitab-kitab syi’ah sendiri. Tetapi karena hati mereka dibakar emosi dan rasa benci, yang jika tidak dilampiaskan bisa berakibat buruk –kira-kira begitu kata ahli jiwa-, akhirnya mereka sibuk melampiaskan kebencian mereka pada Abubakar, hingga tidak sempat membaca kitab-kitab mereka sendiri.

Cih maling teriak maling, padahal diri sendiri yang penuh kebencian malah balik menuduh orang lain. huh dengan sombong ia mengatakan kalau syiah tidak membaca kitab mereka sendiri. Alangkah naïf, kalau bukan kami yang membaca lalu siapa? Nashibi seperti hakekat.com, sungguh mustahil karena nashibi tidak akan tahan membaca nama-nama Ahlul bait yang mulia. Hakekat.com tidak lebih seorang pendusta sok. Ia mengaku membaca kitab Syiah tetapi faktanya banyak sekali bukti kalau ia salah membaca, tidak membaca dengan benar atau benar-benar tidak membaca.

Mari pembaca yang terhormat kita lihat kepalsuan hakekat.com mengutip Tafsir Imam Hasan Al Askari hal 467-468 , yang menceritakan peristiwa hijrah, setelah Nabi meminta Ali untuk tidur di tempat tidurnya, Nabi berkata pada Abubakar:

ثم قال رسول الله صلى الله عليه وآله لابى بكر : أرضيت أن تكون معي يا أبابكر تطلب كما اطلب ، وتعرف بأنك أنت الذي تحملني على ماأدعيه ، فتحمل عني أنواع العذاب ؟ قال أبوبكر : يا رسول الله أما أنا لو عشت عمر الدنيا أعذب في جميعها أشد عذاب لا ينزل علي موت مريح ، ولا فرج متيح وكان في ذلك محبتك لكان ذلك أحب إلي من أن أتنعم فيها وأنا مالك لجميع ممالك ملوكها في مخالفتك ، وهل أنا ومالي وولدي إلا فداؤك ؟ فقال رسول الله صلى الله عليه وآله : لا جرم إن اطلع الله على قلبك ووجد ما فيه موافقا لما جرى على لسانك ، جعلك مني بمنزلة السمع والبصر والرأس من الجسد ، وبمنزلة الروح من البدن ، كعلي الذي هو مني كذلك ، وعلي فوق ذلك لزيادة فضائله وشريف خصاله . يا أبابكر إن من عاهد الله ثم لم ينكث ولم يغير ، ولم يبدل ولم يحسد من قد أبانه الله بالتفضيل فهو معنا في الرفيق الاعلى ، وإذا أنت مضيت على طريقة يحبها منك ربك ، ولم تتبعها بما يسخطه ، ووافيته بها إذا بعثك بين يديه ، كنت لولاية الله مستحقا ، ولمرافقتنا في تلك الجنان مستوجبا .

Kemudian Rasulullah [Shalallahu alaihi wa aalihi wassalam] berkata kepada Abubakar : “Apakah engkau rela menyeru sebagaimana aku menyeru, berdakwah sebagaimana aku, dan menahan siksaan sebagaimana aku ?”. Abubakar berkata : “Wahai Rasulullah, jika aku hidup seumur dunia dan tersiksa dengan pedih, dimana tidak ada kematian  dan tidak pula ada kesenangan, jika semua itu karena mencintai anda, maka hal itu lebih aku sukai daripada hidup dalam kenikmatan dan menjadi penguasa bagi semua kerajaan dan menentangmu. diriku, hartaku, dan anak-anakku menjadi tebusan bagi anda”. Rasulullah [Shalallahu alaihi wa aalihi wassalam] berkata kepadanya : “Tidak diragukan bahwa Allah mengetahui hatimu yang sesuai dengan lisanmu. Kedudukanmu di sisiku bagaikan kedudukan telinga, mata dan kepala bagi tubuh, dan bagaikan kedudukan nyawa atas badan. Demikian pula Ali memiliki kedudukan seperti itu di sisiku, bahkan lebih dari itu dengan kelebihan keutamaannya dan kemuliaannya. Wahai Abubakar, jika seseorang telah berjanji kepada Allah, kemudian ia tidak melanggar dan merusaknya, tidak mengubah dan tidak hasad kepada orang yang telah Allah tetapkan keutamaannya, maka akan bersama kami dalam kedudukan tertinggi. Jika kau melewati jalan yang Allah inginkan, dan tidak mengikuti apa-apa yang Allah benci, dan setia atas keputusan-Nya, maka kau berhak berada dalam wilayah Allah dan berada di Syurga bersama kami”

Perhatikanlah wahai pembaca yang budiman, hakekat.com tidak menulis secara sempurna apa tepatnya yang dikatakan Rasulullah [Shalallahu alaihi wa aalihi wassalam] kepada Abu bakar. Hakekat.com pendusta ini hanya mengutip apa yang sesuai nafsunya semata tetapi meninggalkan apa yang tidak disukainya. Tulisan yang satria cetak tebal tidak secuilpun ditulis hakekat.com si pendusta.

Jelas sudah, Nabi meminta Ali untuk tidur di kamarnya, dan mengajak Abubakar untuk berangkat hijrah. Saat mengajak, Nabi tak lupa menjelaskan konsekuensi menemani Nabi berhijrah, yaitu ikut dicari-cari oleh musuh, terancam disiksa oleh musuh dengan siksa yang pedih. Ternyata Abubakar mengaku kalau ia siap, siap mengorbankan diri, keluarga dan hartanya demi kecintaan pada Rasulullah. Abubakar siap disiksa seumur hidup demi kecintaan pada Rasul. Siap hidup menderita demi cintanya. Begitulah pengakuannya tetapi pengakuan hanyalah pengakuan.

Kemudian Rasulullah menerima wahyu dari Allah, bahwa Allah menetapkan kemuliaan yang sangat tinggi kepada Imam Ali [alaihis salam]. Di sini Allah juga mengingatkan Rasul SAW untuk menyampaikan kepada Abubakar agar ia tidak mengingkari atau melanggar janjinya karena hasad atau tidak senang kepada orang yang Allah tetapkan keutamaannya. Disinilah Abu bakar dikatakan jika ia setia terhadap semua keputusan Allah SWT nantinya maka ia akan bersama Rasulullah [Shalallahu alaihi wa aalihi wassalam] di surga.

Sungguh manusia memang mudah tergoda, begitulah pada akhirnya Abu bakar mengingkari janjinya, ia tidak setia akan keputusan Allah SWT yang menetapkan Imam Ali [alaihis salam] sebagai pengganti Rasulullah [Shalallahu alaihi wa aalihi wassalam]. Perhatikanlah wahai pembaca, tepat setelah Rasulullah mengatakan tentang Abu bakar, Beliau memuji Imam Ali dimana Imam Ali memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari Abu bakar karena keutamaannya dan Imam Ali lah yang diisyaratkan oleh Rasulullah sebagai orang yang ditetapkan oleh Allah SWT keutamaannya, Disini Rasulullah mengingatkan Abu bakar agar tidak hasad kepada orang yang telah Allah tetapkan keutamaannya [yaitu Imam Ali].

Hakekat.com mengatakan

Di sini kita merasa heran, orang yang dibenci oleh syi’ah hari ini ternyata dicintai oleh Allah. Lalu siapa yang benar? Syi’ah atau Allah?

Disini kita merasa heran, jika memang hakekat.com mengaku membaca kitab Tafsir Imam Hasan Al Askari [alaihissalam] lantas bagaimana bisa ia tidak membaca kata-kata Rasulullah [Shalallahu alaihi wa aalihi wassalam] selanjutnya yang menunjukkan bahwa pada saat itu orang yang Allah tetapkan keutamaannya adalah Imam Ali [alaihissalam]  sedangkan untuk Abu bakar Allah memberikan peringatan agar tidak mengingkari janji setia kepada Rasulullah dan tidak hasad terhadap orang yang Allah tetapkan keutamaannya.

Ini menimbulkan satu pertanyaan besar, mungkinkah hakekat.com membaca langsung kitab-kitab Syiah? Jika memang begitu maka sudah pasti ia mengetahui apa yang satria tulis, Disini hanya ada dua kemungkinan, ia hanya mengutip kitab guru nashibinya yang suka merendahkan syiah dan membuat kebohongan atas nama syiah atau ia membaca tetapi pura-pura tidak tahu dan sengaja menyelewengkan fakta agar para pembacanya yang awam terkelabui. Memang teman-teman nashibinya sudah pasti kegirangan melihat tulisan yang merendahkan pengikut ahlul bait, mereka tidak peduli tulisan itu benar atau tidak. Huh memang makhluk nashibi seperti mereka ini benar-benar tidak pantas mengaku sebagai pengikut Rasulullah[Shalallahu alaihi  wa aalihi wassalam]

Mengapa hakekat.com tidak tahu bahwa orang yang ditetapkan keutamaannya saat itu adalah Imam Ali [alaihissalam]. Mengapa ia tidak mengutip pujian untuk Imam Ali [alaihissalam] yang tepat berada pada lanjutan kutipannya? Oh ya bukankah kita sudah tahu kalau hakekat.com ini membenci Imam Ali [alaihissalam] jadi wajar saja kalau ia tidak mau mengutip pujian untuk Imam Ali [alaihissalam]. Alangkah celakanya orang yang membenci apa yang telah Allah tetapkan.

Marilah kita lapangkan dada kita untuk mencintai orang yang dicintai Allah SWT dan telah Allah tetapkan keutamaannya. Kita pasti tak rela jika orang yang kita cintai direndahkan. Misalnya jika ada orang yang merendahkan ibu kita, sudah pasti kita marah dan murka. Kita marah ketika ibu yang melahirkan kita dan banyak berjasa pada kita, begitu saja dimaki-maki. Bagaimana dengan Allah? Apakah kita berani merendahkan orang yang telah ditetapkan oleh Allah SWT keutamaanya?. Apakah kita berani bersikap hasad kepada orang yang Allah SWT tetapkan keutamaannya?.

Hakekat.com memang mengikuti pendahulunya Abu bakar yang hasad terhadap kemuliaan Imam Ali [alaihissalam]. Hakekat.com lebih memilih setia kepada Abu bakar dibanding kepada Allah SWT. Naudzubillah.