Pertanyaan penting yang harus kita tanyakan pada diri kita sendiri sebagai hamba Allah yang dikaruniai pikiran untuk menelaah segala sesuatu adalah Apakah kita yang mengaku Cinta kepada Ahlulbait berani membela Ahlulbait?. Cih kita melihat orang-orang sok dari kalangan Salafi nashibi dengan tidak tahu malu mengatakan kalau mereka mencintai ahlulbait tetapi ternyata sikap mereka menunjukkan kebencian dan kedengkian kepada ahlul bait. Kita lihat mereka selalu antusias mendhaifkan hadis-hadis keutamaan Ahlulbait, menshahihkan hadis-hadis keutamaan musuh-musuh ahlul bait, jika ada perselisihan antara ahlul bait dengan sahabat mereka dengan mudah menyalahkan ahlulbait, selain itu mereka tidak segan-segan menggunakan perumpaan kasar dan kata-kata yang tidak pantas kepada ahlulbait –seperti yang dilakukan hakekat.com-. Inikah kata cinta mereka, cinta yang brengsek, bukan.
Salah satu contoh kebencian salafi nashibi terhadap ahlulbait adalah kisah Fadak. Salafi nashibi itu tidak tahu malu mengaku-ngaku membela sayyidatil jannah Fatimah Az Zahra alaihis salam padahal ternyata hakekat mereka sebenarnya adalah Merendahkan ahlulbait. Buktinya, dapat dilihat dari tulisan budak salafi nashibi yaitu hakekat.com. orang ini mengawali tulisannya dengan mengutip riwayat Imam Ali melamar putrid Abu Jahal berikut
Diriwayatkan dari Bukhari dan Muslim dari hadist Al Miswar bin Makhramah berkata: Sesungguhnya Ali telah melamar putri Abu Jahal, Fatimah mendengarnya lantas ia menemui Rasul Saw berkatalah Fatimah: “Kaummu menyangka bahwa engkau tidak pernah marah membela anak putrimu dan sekarang Ali akan menikahi putri Abu Jahal,” maka berdirilah Rasulullah Saw mendengar kesaksian dan berkata: “Setelah selesai menikahkan beritahu saya, sesunggunhya Fatimah itu bagian dari saya, dan saya sangat membenci orang yang menyakitinya. Demi Allah, putri Rasulullah dan putri musuh Allah tidak pernah akan berkumpul dalam pangkuan seorang laki-laki.” Maka kemudian Ali tidak jadi melamar putri Abu Jahal (khitbah itu) (diriwayatkan Bukhori dalam kitab Fadhailu Shahabat)
Cih begitulah mereka, tidak segan-segan mereka menshahihkan riwayat yang merendahkan ahlulbait seperti ini. Apakah akal mereka sudahbegitu buntu sehingga tidak melihat berbagai keanehan pada hadis ini. Maklum saja hakekat.com memang tidak punya akal yang cukup dalam berhujjah. Baik, mari kita terima saja penshahihan tak berdasar terhadap hadis ini untuk melihat kebodohan hakekat.com dan ulamanya yang berhujjah dengan hadis ini. Hakekat.com berkata
Maka tampak jelas bahwa yang pantas dipahami dari hadis tersebut adalah Ali melamar putri Abu Jahal dan membuat Fatimah marah. Dengan ini bila hadis diterapkan pada setiap orang yang membenci Fatimah maka Ali adalah orang pertama yang termasuk.
Cih pikir dengan benar baru bicara, apakah sayyidah Fatimah terus marah sampai beliau wafat. Bukankah hadis diatas telah menyatakan kalau Imam Ali tidak jadi melamar putri Abu Jahal. Kalau Imam Ali tidak jadi melamar putri Abu Jahal maka sudah pasti Sayyidah Fatimah tidak marah lagi kepada beliau. Lagipula si pendusta hakekat.com ini benar-benar kurangajar, mengapa ia begitu berani mengeluarkan kata-kata bila hadis diterapkan pada setiap orang yang membenci Fatimah maka Ali adalah orang pertama yang termasuk. Sejak kapan Imam Ali membenci Sayyidah Fatimah, Cih beginilah mental nashibi yang tidak henti-hentinya merendahkan ahlulbait.
Hakekat.com budak nashibi memang hanya bertaklid buta dengan ulama pujaannya yang terkenal Nashibi yaitu Ibnu Taimiyyah. Dengan angkuhnya ia mengutip hujjah Ibnu Taimiyyah, seolah-olah hujjah itu benar-benar kuat padahal tidak lebih dari sekedar omong-kosong
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata saat membantah keyakinan Rafidhah dalam permasalahan ini. Hadist ini disebabkan lamaran Ali terhadap putri Abu Jahal, penyebab yang masuk dalam sebuah lafadh itu menjadi pasti, dimana setiap lafadh yang berlaku pada suatu sebab tidak boleh dikeluarkan penyebabnya bahkan penyebab yang harus masuk. Disebutkan dalam sebuah hadist (apa yang meragukannya menjadikanku ragu dan yang menyakitkannya menyakitkanku)
Dan yang telah dapat dipahami dengan pasti adalah bahwa lamaran terhadap putri Abu Jahal adalah meragukan dan menyakitkan. Nabi Saw dalam hal ini merasa ragu dan menyakitkan. Apabila ini merupakan sebuah ancaman yang harus ditimpakan pada Ali bin Abi Thalib dan bila bukan ancaman yang harus ditimpakan pada pelakunya maka Abu Bakar lebih jauh dari ancaman daripada Ali.
Wahai yang mengaku ulama tapi bukan ulama bukankah awalnya anda mengatakan, penyebab kemarahan sayyidah Fatimah adalah lamaran Imam Ali terhadap putri Abu Jahal, lantas apakah anda Ibnu Taimiyyah tidak bisa melihat hadis itu dengan benar, bukankah hadis tersebut pada akhirnya mengatakan Maka kemudian Ali tidak jadi melamar putri Abu Jahal. Jika penyebabnya hilang maka bagaimana bisa anda mengatakan bahwa ancaman tersebut tertuju pada Imam Ali. Hadis tersebut justru menunjukkan setelah Imam Ali mendengar hadis siapa yang menyakiti Fatimah berarti menyakiti Rasul , beliau dengan patuh tidak jadi melamar putri Abu Jahal. Jadi bagaimana mungkin ancaman itu ditujukan pada Ali.
Sikap Imam Ali ini berbeda 180 derajat dengan sikap Abu Bakar. Apa yang menyebabkan kemarahan Sayyidah Fatimah kepada Abu Bakar?. Jawabannya karena Abu Bakar menolak menyerahkan tanah Fadak kepada Sayyidah Fatimah. Apakah penyebab ini hilang atau dengan kata lain apakah setelah membuat Sayyidah Fatimah marah maka Abu Bakar lantas memberikan Tanah Fadak kepada Sayyidah Fatimah. Sayang sekali tidak, Abu Bakar seperti tidak pernah mendengar hadis siapa yang menyakiti Fatimah berarti menyakiti Rasul sehingga dia tidak pernah menyerahkan tanah fadak kepada Sayyidah Fatimah atau mungkin saja dia tahu tapi tidak sedikitpun hatinya takut untuk menyakiti Rasul. Oleh karena penyebabnya masih terus ada maka Sayyidah Fatimah marah dan mendiamkan Abu Bakar selama 6 bulan sampai beliau wafat. Lucu sekali bukan Ibnu Taimiyyah si nashibi dan pengikut butanya hakekat.com yang dungu ini tidak mengerti sedikitpun hadis yang menjadi hujjah mereka. Aneh sekali bukan kalau justru lawan mereka lebih memahami hadis dibanding mereka. Segala puji bagi Allah yang mencabut akal dari salafi nashibi.
Kita lihat terus kedunguan hakekat.com dalam berhujjah. Hakekat.com ini berulang kali menuduh kami kaum syiah sebagai pembuat hadis-hadis palsu tanpa sedikitpun menunjukkan buktinya. Tuduhan ini membuat hakekat.com dengan mudah menampilkan image bahwa hadis-hadis syiah banyak yang palsu dan berbeda dengan dirinya yang selalu berhujjah dengan hadis shahih saja. Tetapi alangkah terkejutnya anda wahai pembaca jika mendapati bahwa sebenarnya hakekat.com justru berhujjah dengan hadis palsu. Cih bermulut manis tapi berhati busuk. Inilah hadis palsu yang ia bawa
Diriwayatkan dari Fatimah Ra. sesungguhnya ia setelah peristiwa itu rela terhadap Abu Bakar. Berdasarkan riwayat Baihaqi dengan sanad dari Sya’bi ia berkata: Tatkala Fatimah sakit, Abu Bakar menengok dan meminta izin kepadanya, Ali berkata: “Wahai Fatimah ini Abu Bakar minta izin.” Fatimah berkata: “Apakah kau setuju aku mengijinkan ?”, Ali berkata: “Ya.” Maka Fatimah mengijinkan, maka Abu Bakar masuk dan Fatimah memaafkan Abu Bakar. Abu Bakar berkata: “Demi Allah saya tidak pernah meninggalkan harta, rumah, keluarga, kerabat kecuali semata-mata karena mencari ridha Allah, Rasulnya dan kalian keluarga Nabi.” (Assunan Al Kubra Lilbaihaqi 6/301)
Hadis tersebut jelas-jelas palsu karena dua alasan. Alasan yang pertama, hadis tersebut bertentangan dengan hadis-hadis shahih yang diakui oleh salafi nashibi sendiri yaitu hadis riwayat Aisyah yang mengatakan kalau Sayyidah Fatimah senantiasa marah dan mendiamkan atau tidak berbicara dengan Abu Bakar sampai beliau wafat. Alasan kedua hadis ini jelas sekali produk buatan orang bernama Sya’bi karena dia sendiri belum lahir saat peristiwa itu terjadi, dan ternyata tidak ada orang lain yang menceritakan riwayat ini. Jadi kesimpulan apa lagi yang dapat dikatakan kecuali kalau sya’bi ini yang membuat-buat hadis tersebut.
Begitulah kepalsuan senantiasa akan terungkap walaupun ditutup-tutupi oleh para pemuja sahabat yang tidak rela jika ada riwayat yang menyudutkan sahabat Nabi. Kita lihat disisi lain mereka selalu menggembar-gemborkan sikap ilmiah, objektif, hadis shahih dan sebagainya padahal ternyata mereka sendiri di saat terdesak malah berusaha membela hadis-hadis palsu. Inilah hakekat Ibnu Katsir yang dikutip oleh hakekat.com
Ibnu Katsir berkata: Ini suatu isnad yang kuat dan baik yang jelas Amir mendengarnya dari Ali atau seseorang yang mendengarnya dari Ali. (Al Bidayah Wannihaayah 5/252)
Jika kita merujuk ke kitab asli Bidayah wannihayah tersebut maka riwayat yang dikutip Ibnu Katsir hanyalah riwayat Baihaqi dan tidak ada yang lain. Coba lihat sendiri, riwayat Baihaqi sedikitpun tidak menyebutkan nama seseorang atau nama Imam Ali. Sya’bi atau Amir dengan seenaknya langsung saja mengatakan hadis palsu tersebut. Jadi mana objektifitas kebanggaan salafi nashibi. Ternyata Ulama salafi itu tidak segan-segan berhujjah dengan hadis palsu asal mendukung keyakinan mereka. Dengan mental seperti ini rasanya sangat tidak tahu malu kalau mereka salafi nashibi ini berulang kali menuduh syiah telah memalsu hadis.
Hakekat.com yang sok itu dengan tidak tahu malu malah mengatakan
Dengan demikian terbantah sudah cacian Rafidhah terhadap Abu Bakar yang dikaitkan dengan marahnya Fatimah terhadapnya dan bila memang Fatimah marah pada awalnya namun kemudian sadar dan meninggal dalam keadaan memaafkan Abu Bakar.
Begitulah keadaannya hakekat.com yang berhujjah dengan hadis palsu, bukankah syarat hadis shahih itu harus bersambung sanadnya terus mana bukti kalau sanad hadis tersebut bersambung. Apakah seseorang bisa menyaksikan suatu peristiwa dimana saat itu ia sendiri belum lahir?. Memang jalan pikiran hakekat.com agak sedikit terganggu
Hakekat.com memang pintar membodohi orang awam, kalau kita lihat dia ini sering berbelit-belit kalau berhujjah dengan tujuan untuk mengaburkan kebenaran. Lihat omong-kosongnya
Hal ini tidak berlawanan dengan apa yang tersebut dalam hadist Aisyah yang lalu. “Sesungguhnya ia marah pada Abu Bakar lalu didiamkan sampai akhir hayatnya” hal ini sebatas pengetahuan Aisyah ra saja. Sedang hadist riwayat Sya’bi menambah pengertian kita. Abu Bakar menjenguk Fatimah dan berbicara dengan Abu Bakar serta memaafkan Abu Bakar: Aisyah dalam hal ini menafikan dan Asya’bi menetapkan.
Para ulama memahami bahwa ucapan yang menetapkan lebih didahulukan dari pada yang menafikan, karena kemungkinan suatu ketetapan sudah bisa didapatkan tanpa memahami penafian terutama dalam masalah ini, yaitu kunjungan Abu Bakar terhadap Fatimah bukan suatu peristiwa yang besar dan didengar di masyarakat.
Bagaimana mungkin ia mengatakan kalau hadis palsu lebih kuat dari hadis shahih. Apakah masuk akal untuk mengatakan kalau Sya’bi lebih tahu dari Aisyah?. Aisyah jelas hidup pada zaman Sayyidah Fatimah dan Abu Bakar sedangkan Sya’bi bahkan belum lahir. Jadi kok bisa ya orang yang belum lahir membantah kesaksian orang yang justru menyaksikan langsung peristiwa tersebut –Aisyah-. Kalau memang kunjungan Abu Bakar terhadap Fatimah bukan peristiwa besar seperti kata hakekat.com maka lebih masuk akal kalau peristiwa tersebut diketahui oleh putri Abu Bakar yaitu Aisyah, tapi kenyataannya Aisyah tidak mengetahui sedikitpun dan justru yang lebih tahu adalah orang bernama Sya’bi yang saat itu belum lahir. Sepertinya hakekat.com memang pintar dalam hal unjuk kebodohan.
Salah satu bentuk dusta hakekat.com, adalah
Apa yang telah para ulama ungkapkan tentang Fatimah adalah bahwa ia sama sekali tidak memboikot Abu Bakar. Rasul pun telah melarang kita memboikot seseorang lebih dari tiga hari. Sedang Fatimah tidak berbicara dengannya karena memang sedang tidak ada yang harus dibicarakan.
Cih mari kita lihat kata Ulama kenamaan Sunni Mullah Ali Qari dalam Syarh Mishkat Al Mashabih jilid 3 hal 453 yang berkata
Hal yang paling sulit untuk disampaikan adalah penolakan Fatimah Az Zahra. Mengatakan kalau Fatimah tidak mengetahui hadis yang disebutkan Abu Bakar atau ia tidak menyetujui hadis tersebut setelah ia mendengarnya adalah terlalu sulit. Setelah Abu Bakar menyebutkan hadis ini dan beberapa sahabat menerimanya maka mengapa ia tidak menerima hadis tersebut?. Jika dikatakan ia marah sebelum mendengar hadis tersebut maka mengapa ia terus marah setelah hadis tersebut disebutkan. Rasa tidak senangnya begitu ekstrem sehingga ia tetap marah kepada Abu Bakar dan tidak pernah berbicara dengannya.
Lihat baik-baik, bagi seorang Ali Qari sikap marah Fatimah itu memang benar-benar ekstrem dalam bentuk pemboikotan dimana Sayyidah Fatimah marah dan menolak berbicara dengan Abu Bakar. Jelas sekali kalau dilihat dari hadisnya
Dengan demikian terbongkarlah sudah kedustaan dan kedunguan hakekat.com dan hancurlah kebatilan yang diusung hakekat.com yang nashibi.
Berikutnya kita akan membahas kedustaan hakekat.com yang mengutip hadis-hadis Syiah tentang warisan. Pendusta ini -hakekat.com- tidak tahu malu mengaku-ngaku lebih mengetahui hadis syiah dibanding orang-orang Syiah. Naudzubillah
Filed under: Mahzab Ahlul Bait | 7 Comments »