Salafy biasa mencari dalih untuk membela agamanya, penganut agama salafy seperti hakekat.com memiliki jurus andalan untuk melindungi keyakinannya dari cercaan Umat Islam. Mau tahu jurus andalan hakekat.com dan ulamanya, simak baik-baik makalah ini.
Pada bagian pertama dan kedua telah dikupas mengenai kenyataan pahit bahwa adanya perubahan Al Qur’an adalah hal yang aksiomatis dalam mahzab salafy. Mengingkari adanya perubahan Al Qur’an sama dengan mengingkari manhaj salafy.Karena sudah jelas bahwa mahzab salafy dibangun atas dasar pemahaman sahabat sebagai penghulu para salafy. Bagi salafy sahabat Nabi adalah manusia pilihan Allah yang merupakan manusia terbaik. Sahabat Nabi bagi salafy adalah orang yang mengemban tugas untuk menjaga syariat Allah SWT.
Nuruddin Ali Abu Bakar Al Haitsami –seorang ulama panutan salafy- dalam kitab Majma az Zawaid jilid 1 hal 428 dan Ahmad bin hanbal –imam kebanggan salafy- dalam Musnadnya jilid 1 hal 379 menuliskan atsar dari Abdullah bin Mas’ud berikut
إن الله عز و جل نظر في قلوب العباد فوجد قلب محمد خير قلوب العباد فاصطفاه لنفسه وابتعثه برسالاته ثم نظر في قلوب العباد فوجد قلوب أصحابه خير قلوب العباد وزراء نبيه صلى الله عليه و سلم يقاتلون عن دينه فما رآه المسلمون حسنا فهو عند الله حسن وما رآه المسلمون سيئا فهو عند الله سيئ
Sesungguhnya Allah melihat hati para hamba-Nya dan Allah mendapatkan hati Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam adalah sebaik-baik hati manusia. Maka Allah memilih Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam sebagai utusan-Nya. Allah memberikan kepadanya risalah, kemudian Allah melihat dari seluruh hati para hamba-Nya setelah Nabi-Nya, maka didapati bahwa hati para shahabat merupakan hati yang paling baik setelahnya. Maka Allah jadikan mereka sebagai pendamping Nabi-Nya yang mereka berperang atas agama-Nya. Apa yang dipandang para shahabat Rasul itu baik, maka itu baik pula di sisi Allah. Dan apa yang mereka pandang jelek, maka di sisi Allah itu jelek”.
Nuruddin mengatakan kalau orang-orang yang meriwayatkan atsar ini adalah terpercaya. Begitu pula jika kita melihat tulisan-tulisan ulama salafy maka dapat kita lihat bahwa mereka penganut agama salafy dengan bangga mengutip hadis ini dan berhujjah dengannya.
Jadi sudah merupakan aksioma yang tak terbantahkan kalau sahabat Nabi adalah hujjah panutan salafy. Sehingga keyakinan sahabat Ibnu Umar bahwa sudah terjadi perubahan Al Qur’an –sebagaimana yang telah dibahas pada bagian kedua- seharusnya merupakan aqidah yang diyakini oleh salafy sejati. Tetapi aneh bin ajaib wahai pembaca ternyata ada ulama salafy yang mengingkari aqidah ini, mungkinkah demikian? Atau hanya kura-kura dalam perahu.
Tentu bagi salafy sejati, seorang sahabat Nabi harus menjadi pegangan sehingga perkataan ulama salafy yang menentang aqidah Ibnu Umar harus dibuang jauh-jauh dan dinyatakan dhalalah bin dhalalah. Bukankah berdasarkan kitab salafy, sahabat itu pilihan Allah SWT jadi yang menentang sahabat sudah pasti sesat. Tapi lagi-lagi aneh bin ajaib, para pembaca mungkin pernah bertemu dengan teman penganut salafy yang menolak untuk meyakini adanya perubahan Al Qur’an.. Kalau memang begitu maka sebenarnya teman anda itu bukan salafy sejati alias salafy gadungan atau mungkin ia sedang melakukan taqiyyah untuk melindungi aqidahnya.
Memang merupakan konsekuensi yang sangat berat, tetapi mengapa kita masih mendengar teman-teman kita yang kebetulan salafy, yang marah ketika diajak bicara masalah perubahan Al Qur’an, dia tidak bisa menerima jika salafy dikatakan meyakini perubahan Al Qur’an. Satria tambahkan, bukan hanya penganut salafy yang “amatir” [kroco] yang mengingkari, tetapi ada ulama mereka yang mengingkari juga.
Pertanyaannya, mengapa mereka mengingkari kenyataan yang nampak jelas dalam kitab mereka sendiri? Menurut satria ada dua sebab:
1. Karena memang mereka bertaqiyah. Padahal menurut agama salafy taqiyyah itu sama saja dengan berdusta. Apakah ini berarti dalam mnhaj salafy dusta dihalalkan bagi penganutnya dan diharamkan bagi orang lain.
2. Karena mereka benar-benar tidak tahu dan mengingkari hal itu, tetapi mereka tidak sadar akan konsekuensinya yang amat berat, yaitu keluar dari manhaj salafy dan mendapat predikat dhalalah bin dhalalah. Padahal menurut salafy, mereka adalah golongan yang selamat dari 73 jenis firqah dimana yang 72 sisa-nya masuk neraka. Mungkin bagi salafy keluar dari manhaj salafy berarti mengambil tiket ke neraka.
Perlu anda pembaca yang budiman ketahui bahwa salafy memiliki alergi ketika kita ajak dialog tentang masalah perubahan Al Qur’an. Sebenarnya alergi itu tidak perlu terjadi, karena bagaimana seorang penganut sebuah keyakinan bisa alergi dengan ajaran keyakinan yang dianutnya? Kalo mau alergi tidak usah dianut saja, khan gampang, mengapa dibuat repot?. [gitu aja kok repot]
Maka anda pembaca yang budiman jangan takut ketika melihat teman anda yang salafy marah, mencak-mencak dan bisa jadi kejang ketika anda membicarakan masalah ini. Itu adalah reaksi yang biasa muncul dan tidak perlu ditakutkan. Walaupun kadar mencak-mencak dan kejangnya kadang berbeda antara yang amatir [kroco alias salafy gadungan]dan ulama mereka yang menyimpang.
Mengapa mereka alergi? Wajar saja, karena masalah iman pada Al Qur’an menjadi salah satu pemisah antara kaum muslimin dan mereka yang “non muslim”. Artinya mudah bagi seorang muslim awam untuk memahami bahwa siapa yang tidak percaya pada Al Qur’an adalah bukan orang muslim. Dengan begitu orang awam akan mudah menilai bahwa salafy adalah agama yang sesat. Juga karena salafy masih ingin dianggap sebagai kaum muslimin. Karena dengan masih dianggap sebagai muslim akan membuat misi dakwah salafy lebih mudah.
Jika teman anda yang salafy marah ketika diajak dialog masalah perubahan Al Qur’an, maka segera anda diam, biarkan dia menyelesaikan marahnya. Jika marahnya sudah mereda, beritahukan padanya bahwa hal itu tercantum dalam kitab-kitab induk salafy dan hadis-hadisnya yang shahih yang dia belum menelaahnya, katakan padanya bahwa orang yang belum tahu tidak layak untuk marah sebelum menelaah. Tetapi jika kemarahan dan emosinya begitu menggelora sampai ia meneriaki bahwa anda sesat, antek zionis yahudi laknatullah atau mungkin tangannya meraih pentungan atau benda yang ada di dekatnya dan mengarahkannya ke kepala anda, segera ambil benda apa pun untuk melindungi kepala anda, dan sebaiknya anda segera pergi sebelum benda itu benar-benar mendarat di kepala dan menimbulkan masalah bagi anda. Maklumlah, seorang penganut salafy sering ekstrim sekali kalau sudah menghadapi orang yang mereka anggap sesat.
Selain marah dan mencak-mencak ada juga reaksi lain yang muncul saat diajak dialog, yaitu dengan mengajak anda meneruskan dialog. Lalu kira-kira apa jawaban yang akan keluar dari penganut salafy?
1.Membela diri
Mereka membela diri dengan mengklaim bahwa riwayat yang menyatakan perubahan Al Qur’an adalah dhaif, biasanya mereka juga mengatakan bahwa hadis itu harus bersanad shahih karena jika tidak maka harus ditolak. Tentu saja ucapan mereka ini adalah dusta. Buktinya silakan pembaca yang budiman membuka kembali tulisan satria di bagian pertama dan kedua, disana sudah disebutkan bukti-bukti bahwa riwayat yang menyatakan adanya perubahan Al Qur’an di sisi salafy adalah shahih. Ulama salafy tidak bisa berkelit akan fakta ini sehingga satu-satunya usaha mereka untuk menutupi keyakinannya adalah mengelabui orang islam yang awam yang hampir sebagian besar minim sekali ilmunya tentang sanad hadis.
2. Takwil Nasakh
Di antara cara mereka adalah dengan mengakui adanya riwayat-riwayat itu, tetapi mereka memiliki pemahaman lain, yaitu katanya riwayat-riwayat itu memiliki makna yang berbeda dengan yang tertulis, maksud ulama salafy dengan pernyataan itu adalah mengatakan bahwa sebenarnya perubahan Al Qur’an yang dimaksud adalah nasakh tilawah. Ini sungguh aneh, karena dalam pernyataan para sahabat Nabi pernyataan yang jelas menunjukkan terjadinya perubahan, contoh nyata riwayat yang ada di bagian kedua, Ibnu Umar mengatakan “ayat Al Qur’an yang hilang” bukan yang dinasakah, sejak kapan hilang sama artinya dengan nasakh. Atau barangkali penganut salafy itu belum bisa membaca dan menulis bahasa arab. Lalu bagaimana dengan “kawan kita” yang mencoba menafsirkan riwayat salafy dengan makna lain? Barangkali pembaca bingung mengapa ada “teman kita yang salafy” begitu berani memahami sendiri isi riwayat salafy dan mendustakan aqidah sahabat Nabi. Satria juga bingung dengan ulah penganut agama salafy ini.
3.Riwayat seperti itu tidak ada.
Lebih parah lagi, bisa jadi kawan anda itu menyangkal adanya riwayat perubahan Al Qur’an dalam kitab pegangan salafy. Barangkali anda yang telah membaca bagian pertama dan kedua makalah ini akan bertambah bingung, bagaimana tidak? Riwayat-riwayat tersebut telah dikutip oleh para Ulama besar salafy. Lalu mana yang benar? Katakan saja pada kawan anda, barangkali anda belum pernah menelaah kitab salafy karena anda tidak bisa berbahasa arab. Atau anda adalah korban penipuan dari ustad salafy anda yang sengaja menipu agar anda tetap masuk salafy Karena jika anda tahu bahwa salafy meyakini perubahan Al Qur’an, ustad anda takut kalau anda keluar dari salafy.Mungkin anda pembaca yang budiman tidak heran ketika yang menyangkal adalah orang awam yang polos, tetapi jika yang menyangkal adalah ulama salafy maka anda perlu merasa heran. Tapi mungkin sebagian pembaca sudah mengetahui watak ulama salafy yang mempermainkan ayat-ayat Allah dan hadis Rasul untuk kepentingan hawa nafsunya. Naudzubillah.
Pada makalah ini mari para pembaca yang budiman melihat riwayat yang ditulis oleh ulama besar salafy Nuruddin Ali bin Abu Bakar Al Haitsami dalam Majma az Zawaid jilid 7 hal 311
وعن عبد الرحمن بن يزيد – يعني النخعي – قال : كان عبد الله يحك المعوذتين من مصاحفه ويقول : إنهما ليستا من كتاب الله تبارك وتعالى
Dari Abdurrahman bin Yazid –yaitu An Nakha’i- berkata “Abdullah bin Mas’ud menghapus Mu’awidzatain (Al Falaq dan An Nas) dari mushafnya dan berkata “itu bukan bagian dari Kitab Allah”.
Haitsami mengomentari riwayat ini dengan berkata
رواه عبد الله بن أحمد والطبراني ورجال عبد الله رجال الصحيح ورجال الطبراني ثقات
Telah diriwayatkan oleh Abdullah bin Ahmad dan Thabrani, dimana perawi Abdullah adalah perawi shahih dan perawi Thabrani adalah orang-orang tsiqat terpercaya.
Ulama kenamaan salafy Jalaludin Suyuthi dalam kitab Itqan jilid 1 hal 213 menuliskan
وأخرج عبد الله بن أحمد في زيادات المسند والطبراني وابن مردويه من طريق الأعمش عن أبي إسحاق عن عبد الرحمن بن يزيد النخعي قال كان عبد الله بن مسعود يحك المعوذتين من مصاحفه ويقول إنهما ليستا من كتاب الله
وأخرج البزار والطبراني من وجه آخر عنه أنه كان يحك المعوذتين من المصحف ويقول إنما أمر النبي أن يتعوذ بهما وكان لا يقرأ بهما أسانيده صحيحة
Dikeluarkan oleh Abdullah bin Ahmad dalam Ziyadah Musnad, Thabrani dan Ibnu Mardawayh dengan jalan ‘Amasy dari Abi Ishaq dari Abdurrahman bin Yazid An Nakha’I yang berkata “Abdullah bin Mas’ud menghapus Mu’awidzatain (Al Falaq dan An Nas) dari mushafnya dan berkata “itu bukan bagian dari Kitab Allah”. Dan dikeluarkan oleh Bazzar dan Thabrani dengan perawi yang sama bahwa “Abdullah bin Mas’ud menghapus Mu’awidzatain (Al Falaq dan An Nas) dari mushafnya dan berkata “sesungguhnya Nabi memerintahkan itu sebagai ta’awudz” sehingga dia tidak menuliskannya. Semua riwayat ini shahih sanad-sanadnya.
Dan mungkin pembaca masih ingat dengan hadis yang masyhur dari mahzab salafy yang diriwayatkan oleh ulama panutan salafy Bukhari Muslim dan Tirmidzi [kitab Sunan Tirmidzi jilid 5 hal 674]
قال رسول الله صلى الله عليه و سلم خذوا القرآن من أربعة من ابن مسعود و أبي بن كعب و معاذ بن جبل و سالم مولى أبي حذيفة
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda “Ambillah al Qur’an dari empat orang yiatu Ibnu Mas’ud, Ubay bin Ka’ab, Muadz bin Jabal dan Salim maula abi huzaifah.
Tirmizi mengatakan kalau hadis ini hasan shahih dan ulama salafy yang terkenal Albani Al Mutanaqidh juga menshahihkan hadis ini.
Lagi-lagi dalam mahzab salafy Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam memerintahkan umat islam untuk mengambil Al Qur’an salah satunya dari Ibnu Mas’ud. Tentu saja jika Ibnu Mas’ud ini sesat atau menyimpang maka Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam pasti tidak akan mengatakan “ambillah Al Qur’an dari Ibnu Mas’ud”.
Perhatikanlah wahai pembaca yang budiman kitab panutan salafy memuat riwayat shahih kalau Abdullah bin Mas’ud dengan tegas mengatakan kalau Mu’awidzatain yaitu surah Al Falaq dan An Nas adalah bukan bagian dari kitab Allah Al Quranul Karim. Jelas sekali ini adalah aqidah yang diyakini oleh sahabat Ibnu Mas’ud dan telah dishahihkan oleh ulama salafy sendiri. Sehingga sebagai seorang salafy sejati usdah sewajarnya untuk mengikuti aqidah Ibnu Mas’ud sebagai sahabat penghulu para salaf yaitu meyakini kalau Al Falaq dan An Nas bukan bagian dari Al Qur’an. Aqidah salafy ini jelas bertentangan dengan aqidah kita umat islam yang sudah sangat mengenal bahwa Al Falaq dan An Nas adalah dua surah yang tertera dalam Al Qur’an.
Dalih apakah yang akan dikemukakan oleh para penganut salafy tersebut. Mau mendhaifkan maka jelas sekali kebodohannya bukankah ulama mereka telah menshahihkannya, mau berkata nasakh tilawah sudah jelas gak nyambung, riwayat itu mengatakan kalau Al Qur’an sekarang sudah mengalami penambahan dua surah yang seharusnya tidak termasuk Al Qur’an yaitu Al Falaq dan An Nas. Apakah sesuatu yang dinasakh justru malah bertambah? Jika iya maka salafy itu memang parah sekali otaknya. Mau menakwilkan, lihat baik-baik pembaca budiman sahabat Ibnu Mas’ud berkata “itu bukan bagian dari Kitab Allah” adakah yang lebih jelas dari ini. Menakwilkan hanyalah alasan yang dicari-cari. Apalagi mau bilang riwayat itu nggak ada, malah menunjukkan kedunguan salafy sendiri.
Satu-satunya yang harus dilakukan adalah menolak hadis ini tetapi bagaimana mungkin seorang salafy bisa mendustakan hadis yang shahih, jika mereka berani maka bagaimana kita bisa menjamin keshahihan hadis-hadis yang terdapat dalam kitab-kitab induk salafy. Bukankah mereka senantiasa berdengung akan kehandalan ilmu sanad hadis dalam mahzab mereka. Sudah jelas mendustakan hadis shahih berarti meruntuhkan pilar berdirinya manhaj salafy yang sudah tentu mustahil dilakukan oleh seorang salafy sejati. Waspadalah wahai pembaca yang budiman. Memang akidah sesat versi salafy yang meyakini perubahan Al Qur’an ini harus diwaspadai dan dikecam habis-habisan karena keyakinan ini merupakan pemisah yang nyata antara kita umat islam dengan mereka penganut agama salafy.
Filed under: Uncategorized | Leave a comment »